DOXTIMES.COM – Setidaknya 7 (tujuh) orang tewas dan 140 lainnya terluka saat tentara menembaki pengunjuk rasa yang turun kejalan dalam aksi protes anti-kudeta di Sudan pada hari Senin, kata Kementerian Kesehatan.
Ribuan orang melalukan aksi-protes di ibu kota, Khartoum, dan Omdurman saat setelah militer mencoba merebut kekuasaan dari pemerintah. Seorang Kementerian Kesehatan mengatakan “tujuh orang yang tewas akibat dari tembakan yang dikeluarkan saat militer mencoba membubarkan pengunjuk rasa”.
Oposisi utama Sudan menyerukan pembangkangan sipil dan melakukan protes di seluruh negara itu, serta menuntut agar dewan militer menyerahkan kekuasaan ke pemerintah sipil.
Sebelumnya pada hari Senin pagi, pasukan keamanan telah menangkanp Perdana Menteri Sementara, Abdalla Hamdok dan pejabat tinggi senior lainnya.
Pemimpin pengambilalihan, Jendral Abdel Fattah Al-Burhan mengatakan dalam pidato di sebuah stasiun TV nasional bahwa dirinya membubarkan dewan Kedaulatan militer-sipil sejak kesepakatan pembagian kakuasaan pada Agustus 2019.
Al Burhan mengatakan Pemerntah teknokrat “independen” akan menjalankan negara, sementara itu militer tetap menjadi “penjamin” transisi ke pemerintah sipil.
“Kendali kekuasaan akan diserahkan kepada pemerintah setelah pemilihan umum pada juli 2023,” tambahnya.
Dalam upaya untuk membenarkan kudeta, Al Burhan menjelaskan tentang kondisi negaranya saat ini dan menuduh kekuatan politik menjadi “lahan kekuasaan” dan sumber dari kekerasan, sehingga mendorong militer untuk mengambil alih kekuasaan.
“Apa yang dialami negara ini sekarang adalah ancaman dan bahaya nyata bagi impian para pemuda dan harapan bangsa,” kata Al Burhan.
Kementerian Informasi mengatakan dalam platform Facebooknya bahwa tindakan yang dilakukan militer itu adalah kejahatan.
Sebuah aliansi pro-demokrasi, The Forces of Freedom and Change (FFC) menyerukan agar orang-orang turun ke jalan melakukan aski protes dan pembangkangan sipil agar militer segera mundur.